Senin, 14 Mei 2012

Pemanfaatan Driver ODBC dengan MyODBC



ODBC merupakan kependekan dari Open DataBase Connectivity, yaitu sebuah driver yang terdapat dalam computer untuk semua platform termasuk Windows. Dengan menggunakan driver ini memungkinkan setiap bahasa pemrograman dapat menggunakan berbagai database pada computer local maupun jaringan. Fungsi utama dari driver tersebut adalah membuat hubungan (jembatan) antara program aplikasi dengan database, sehingga sebuah database dapat dikoneksikan (dihubungkan) pada berbagai aplikasi pemrograman.
MyODBC merupakan sebuah komponen untuk membuat hubungan antar database MySQL dengan berbagai aplikasi baik yang visual maupun non visual. MyODBC merupakan salah satu driver dari ODBC – 32 bit yang menciptakan hubungan antara program aplikasi.dengan berbagai database misalnya: MySQL, Microsoft Access, SQL Server, dan lain-lain..

DOWNLOAD FILE NYA DENGAN Klik DISINI

Kamis, 03 Mei 2012

TUGAS PERANCANGAN BASIS DATA I


Silahkan Download File Nya Dengan Meng KLIK DISINI

Selasa, 03 April 2012

TUGAS I BISNIS DAN MANAJEMEN kelas 12.2H.30



SILAHKAN download filenya dengan mengklik DISINI

Minggu, 19 Februari 2012

Cara Tahu Keyword Terlaris di Google


Cara Mudah mengetahui Kata kunci apa yang Paling di cari Pengunjung baik itu untuk Target Indonesia ataupun seluruh dunia.

Pertanyaannya Untuk apa Para Blogger atau Pebisnis Online Harus tahu kata kunci Terfavorit - Terkeren - TerHot untuk Tahun / Bulan ini?

Tentunya Bagi yang sudah lama menekuni dunia Blogger, Kata Kunci adalah Hal Paling Berharga untuk Menggaet ribuan bahkan jutaan pengunjung ke Blog kita, ini artinya Berkah juga untuk Pebisnis Online. dengan cara berikut kita bisa menganalisa dan menentukan isi Artikel atau Produk yang akan kita jual.

Baiklah Sobat silahkan menuju link Berikut:

GOOGLE Search Insights

Bagaimana? Kata Kunci apa yang Paling dicari?, saat saya memposting artikel ini TOP SEARCH masih diduduki FACEBOOK untuk Indonesia Selanjutnya di ikuti :

1). facebok
2). fb
3). download
4). Yahoo
5). google
6). game
7). games
8). mp3
9). youtube
10). gambar

Untuk Mencari Kategori lain baik itu Produk paling dicari silahkan sobat Utak Atik sendiri.
Semoga Info ini bermanfaat untuk naikkan traffic dan penjualan


Para PowerSuite SEO berisi empat program perangkat lunak yang berbeda. Masing-masing dapat digunakan secara individual tetapi, bila dikemas bersama-sama, menjamin Anda akan meroket ke puncak mesin pencari dalam hitungan minggu.



Anda akan penelitian kata kunci Anda. Anda akan memastikan Anda menargetkan kata kunci yang sama persis mereka yang mencari produk atau jasa Anda mengetik ke Google dan mesin pencari utama sehari-hari.



Kemudian Anda akan mengoptimalkan konten di website Anda. Anda akan meninjau halaman situs Web Anda untuk memastikan setiap halaman dioptimalkan untuk menerima peringkat tinggi SEO. Perangkat lunak SEO PowerSuite akan mengatakan dengan tepat kapan, dimana, dan bagaimana menempatkan kata kunci dalam halaman situs Anda.



Berikutnya, Anda akan membangun backlink berkualitas tinggi. Para PowerSuite SEO akan membantu Anda melacak dan mengelola setiap link dan setiap menunjuk kembali ke situs Anda, membantu Anda dalam proses pencarian link partner sementara pada saat yang sama memungkinkan Anda untuk mencari tahu apa yang dilakukan pesaing Anda untuk meningkatkan peringkat mesin pencari sendiri .



Akhirnya, Anda akan melacak kemajuan Anda. Tidak ada gunanya memiliki rencana pemasaran SEO jika Anda tidak akan melacak apa yang berhasil dan yang tidak. SEO PowerSuite akan membantu Anda melakukan hal itu, sehingga Anda bebas untuk menghabiskan waktu memuaskan kebutuhan pelanggan baru berbondong-bondong ke situs Anda setiap hari.

SILAHKAN DOWNLOAD
Pasword : andystonecold

Jumat, 10 Februari 2012

Otak, Pikiran, dan Kebebasan Kita


Oleh: Ikhsan Iswandi
Mahasiswa AMIK-Bsi. Pontianak
Apakah kita ini bebas? Apakah kebebasan kita hanya sekedar ilusi? Para filsuf telah lama berdebat soal ini. Penelitian terbaru di bidang neurosains (neuroscience) membuktikan, seperti diyakini oleh beberapa ilmuwan besar abad ini, bahwa kehendak bebas adalah suatu ilusi. (Nahmias, Is Neuroscience the Death of Free Will?, 2011)
Duduk Permasalahan
Pada 2002 lalu seperti dikutip oleh Nahmias, Daniel Wegner, seorang psikolog, menyatakan begini, “Seolah bahwa kita ini adalah agen. Tampaknya kita menyebabkan hal-hal yang kita lakukan… namun cukup menyadarkan kita dan amatlah akurat untuk menyebut ini semua sebagai ilusi.” Di tempat lain seorang ahli neurosains terkemuka, Patrick Haggard, menyatakan, “Kita jelas tidak memiliki kehendak bebas. Tidak dalam arti yang kita pikir.” Di bidang yang sama, Sam Harris bilang begini, “Tampaknya anda memang adalah seorang agen yang bertindak sesuai dengan kehendak bebas anda. Masalahnya adalah bahwa sudut pandang ini tidak dapat berjalan bareng tentang apa yang kami ketahui soal otak manusia.”
Media massa dan dunia ilmu pengetahuan AS menanggapi pernyataan-pernyataan tersebut dengan antusias dan penuh kontroversi. Jika orang tidak bebas, maka ia tidak bisa diminta bertanggungjawab atas perbuatannya, dan konsep tanggung jawab moral serta legal pun tidak dapat dituntut darinya. Di sisi lain menurut saya, matinya kehendak bebas (free will) berarti matinya satu-satunya hal yang secara mendasar membedakan kita dari mahluk hidup lainnya. Kita kehilangan tanda bahwa kita memiliki jiwa, dan tanpa jiwa, kita tak punya hak-hak asasi, maka bisa diperlakukan sebagai benda-benda saja yang dapat diganti, jika sudah tak berguna.
Dari sudut pandang ilmu hukum, kehendak bebas adalah sesuatu yang amat penting, karena itu berarti, orang bisa bertanggungjawab sepenuhnya atas kesalahan mereka, dan, dari sisi pendidikan, orang layak menerima pujian, jika mencapai prestasi tertentu. Menurut penelitian Nahmias ketika orang dihadapkan pada argumen, bahwa kehendak bebas adalah suatu ilusi, maka ia akan cenderung untuk bertindak semaunya, seperti mencontek dan amat enggan membantu orang lain yang tengah mengalami kesulitan. (Nahmias, 2011) Lalu bagaimana?
Neurosains dan Kehendak Bebas
Yang harus dilakukan adalah menjelaskan, bahwa penelitian-penelitian mutakhir terbaru di bidang neurosains tidak dapat membuktikan, bahwa kebebasan (freedom) itu tidak ada, sehingga tidak akan merusak tata hukum yang sudah ada, ataupun melenyapkan satu-satunya tanda, bahwa manusia memiliki jiwa, dan hak-hak asasi yang melekat di dalam dirinya, yang tak dapat lepas ataupun dicabut, apapun yang terjadi. Yang sesungguhnya terjadi menurut Nahmias, dan saya sependapat dengannya, bahwa pemahaman dasar para ilmuwan neurosains tentang kebebasan sudah salah sejak awal, sehingga seluruh kesimpulan mereka tentang kebebasan, atau kehendak bebas, tidak dapat dibenarkan.
Para ilmuwan neurosains berpendapat, bahwa kehendak bebas adalah cerminan dari suatu entitas metafisis yang bernama jiwa (soul). Jiwa adalah sumber dari aktivitas berpikir manusia. Mereka tidak setuju dengan pemahaman ini, karena bagi mereka, otak dan pikiran adalah hasil dari aktivitas biologis-materialistik semata. Otak dan pikiran adalah organ, serta tidak ada kaitannya dengan jiwa.
Bagi para ilmuwan neurosains, kehendak bebas dapat disebut sebagai “hantu di dalam pikiran”. Di sisi lain dari sudut pandang Read Montague, kehendak bebas itu dapat dianggap sebagai saudara dekat dari konsep jiwa yang memang telah menjadi konsep yang paling kontroversial di dalam filsafat dan kajian-kajian neurosains itu sendiri. Namun sayangnya mereka tidak sadar, bahwa dunia filsafat dan ilmu-ilmu manusia telah jauh meninggalkan konsep jiwa dan kebebasan klasik semacam itu.
Memang harus diakui penelitian-penelitian terbaru di bidang neurosains dan biologi sampai pada kesimpulan, bahwa pikiran manusia adalah sesuatu yang organik. Artinya pikiran itu adalah sesuatu yang murni material. Saya sepakat dengan itu, setelah menyimak penelitian-penelitian yang telah dilakukan. Namun apakah dari kesimpulan tersebut, kita bisa menarik kesimpulan, bahwa kehendak bebas, dan juga jiwa, adalah ilusi? Bukankah itu sama juga dengan mengatakan, bahwa karena mahluk hidup itu terbuat dari materi-materi yang tak hidup, maka kehidupan itu sendiri pun adalah ilusi?
Di dalam filsafat ada prinsip metafisika dasar, bahwa keseluruhan (whole) itu terdiri dari bagian-bagian (parts), namun keseluruhan itu sendiri lebih besar dari bagian-bagian yang menyusunnya. Jika ada bagian yang hilang, maka keseluruhan itu pun akan hilang. Kehidupan memang tersusun dari organ-organ biologis yang merupakan bagian-bagian dari kehidupan itu sendiri. Namun kehidupan itu sendiri lebih besar dari organ-organ yang berkumpul tersebut, namun jika salah satu organ itu rusak, atau terganggu, maka kehidupan itu sendiri akan terganggu, atau bahkan rusak.
Apa organ yang paling berperan besar dalam menghasilkan dan menggerakan kehidupan? Organ itu adalah otak (brain). Sampai saat ini di dalam dunia ilmu pengetahuan, otak masih dianggap sebagai organ yang paling rumit yang pernah ditemukan. Karena adanya otak yang cukup rumit dan canggih, manusia mampu memahami alam semesta, menyadari dirinya sendiri, membuat sintesis dari berbagai bentuk informasi, serta berpikir abstrak jauh melampaui mahluk hidup lainnya. Pikiran manusia adalah produk dari otak, dan keduanya amat terkait, tak terpisahkan.
Pengetahuan yang diperoleh oleh para ilmuwan neurosains di dalam penelitian mereka tentang otak justru akan membantu menjelaskan proses-proses kehendak bebas manusia, dan bukan justru melenyapkannya. Ini bisa terjadi dengan catatan, bahwa kita mampu merumuskan arti dari kehendak bebas, dan kebebasan itu sendiri, secara canggih. Penelitian-penelitian filosofis terbaru, setidaknya sejauh saya ikuti, sampai pada definisi berikut tentang kebebasan, yakni sebagai kemampuan manusia untuk membayangkan tindakannya sendiri (1), mempertimbangkan berbagai informasi dan argumentasi terkait dengan keputusan-keputusan dalam hidupnya (2), merencanakan tindakan-tindakannya berdasarkan pada pertimbangan yang telah dilakukan (3), dan mengatur tindakannya sendiri di dalam tegangan berbagai keinginan yang ada di dalam dirinya  (4). (Nahmias, 2011)
Saya menyebut rumusan di atas sebagai kebebasan internal (internal freedom). Kebebasan internal juga perlu didukung oleh kebebasan eksternal (external freedom),  yakni bebas dari tekanan ataupun paksaan dalam bentuk apapun yang merongrong empat kemampuan di atas. Selama manusia memiliki empat kemampuan di atas, dan bebas dari paksaan ataupun tekanan dalam bentuk apapun dari luar dirinya, maka ia bisa dikatakan sebagai manusia yang bebas.
Secara singkat kebebasan dapat dipahami dalam tiga hal berikut, yakni kemampuan untuk mempertimbangkan situasi secara sadar (rational deliberation), mampu berpikir rasional (masuk akal) (rational reasoning), dan mampu mengontrol diri sendiri (self control). Dan perlu juga ditegaskan, bahwa ketiga kemampuan ini berakar kuat pada organ biologis manusia yang bernama otak. Kebebasan tidak berada di luar otak, melainkan di dalam dan selalu terkait dengannya. Tiga kemampuan inilah yang menjadi tema-tema penelitian menarik dari para ilmuwan neurosains.
Dengan demikian para ilmuwan neurosains melakukan kritik tajam pada konsep kehendak bebas yang memang telah ditinggalkan oleh para filsuf itu sendiri. Di dalam definisi yang saya jabarkan di atas, tidak ada perbedaan antara pemahaman kebebasan menurut filsafat, maupun hasil-hasil penelitian para ilmuwan neurosains. Kehendak bebas bukanlah ilusi, melainkan sesuatu yang amat nyata dirasakan oleh semua orang, baik oleh para filsuf, ilmuwan, maupun orang-orang pada umumnya.
Kebebasan dan Determinisme
Di dalam pandangan klasik, kebebasan dipertentangkan dengan konsep determinisme (determinism), yakni paham yang berpendapat, bahwa semua pikiran, tindakan, dan perilaku manusia sudah ditentukan sebelumnya, baik secara sosial ataupun biologis. Artinya jika orang ditentukan oleh lingkungan sosialnya, atau oleh kondisi tubuhnya, maka ia tidaklah bebas. Inilah argumen yang coba dipertahankan oleh para ilmuwan psikologi dan neurosains.
Namun pada hemat saya, argumen ini salah arah. Fakta bahwa kita dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial dan biologis tidak berarti bahwa kita tidaklah bebas. Sebaliknya kebebasan -jika dipahami sebagai kemampuan manusia untuk mempertimbangkan secara rasional pilihan-pilihan hidupnya, memutuskan berdasarkan pertimbangan itu, serta mengontrol dirinya dari hasrat-hasrat yang bertentangan dengan keputusan maupun tujuannya- justru berada di dalam konteks lingkungan sosial maupun biologis manusia. Jadi kebebasan dan determinisme sebenarnya tidaklah perlu dipertentangkan.
Benjamin Libet dan John-Dylan Haynes melakukan penelitian dengan menggunakan fMRI untuk menemukan pola saraf di otak, ketika orang melakukan keputusan. Mereka menemukan bahwa sebelum orang membuat keputusan, atau sebelum ia sadar bahwa telah memutuskan, ada gelombang-gelombang otak yang tampak. Dapatkah disimpulkan bahwa keputusan itu muncul bukan dari kehendak bebas manusia, melainkan dari reaksi-reaksi gelombang otak yang tampak dengan jelas di dalam fMRI? Lalu siapa yang sesungguhnya menjadi “tuan” atas keputusan-keputusan yang telah dibuat oleh manusia?
Menurut saya dari penelitian itu, kita tetap tak dapat sampai pada kesimpulan, bahwa kebebasan manusia adalah ilusi. Bahkan kita juga belum bisa memutuskan secara pasti, apakah gelombang otak tersebut yang melahirkan keputusan, atau sebaliknya, yakni keputusan manusia yang mengaktifkan gelombang otak tersebut?  Dan seperti sudah saya jelaskan sebelumnya, kebebasan manusia terkait erat dengan kemampuan manusia untuk berpikir, dan tindak berpikir selalu melibatkan otak. Maka penelitian di atas tidak melenyapkan kebebasan, tetapi justru menegaskan, bahwa kebebasan manusia itu ada, dan itu melibatkan unsur-unsur sosial maupun biologis manusia.
Juga perlu diingat bahwa pikiran (mind) manusia itu terbagi dua, antara pikiran sadar dan pikiran yang relatif mekanis. Pikiran sadar digunakan ketika orang diminta untuk membuat keputusan tentang hal-hal yang amat penting dalam hidupnya. Sementara pikiran relatif mekanis digunakan untuk melakukan hal-hal rutin di dalam kehidupan sehari-harinya. Di dalam dua bentuk pikiran ini, aktivitas otak jelas berbeda.
Pada pikiran sadar aktivitas gelombang otak akan sangat besar. Sementara pada pikiran yang relatif mekanis, aktivitas gelombang otak akan tampak lebih kecil. Namun harus diingatkan bahwa keduanya merupakan aktivitas berpikir, baik berpikir mendalam ataupun rutin, dan itu dengan jelas menunjukkan kebebasan kita sebagai manusia. Kebebasan yang tidak melayang secara metafisis, melainkan tertanam begitu erat di dalam konteks biologis manusia.
Kebebasan adalah kemampuan manusia untuk mempertimbangkan, memilih dari berbagai pilihan yang ada, dan mengontrol dirinya sendiri. Dan pilihan itu hanya mungkin di dalam lingkungan sosial, dan juga karena manusia selalu sudah berada di dalam lingkungan sosialnya. Tidak mungkin kita bisa membayangkan manusia yang hidup tanpa konteks sosial. Artinya kebebasan tidak bertentangan dengan fakta, bahwa kita ditentukan secara sosial oleh komunitas tempat kita hidup. Namun justru sebaliknya bahwa komunitas sosiallah yang memungkinkan kita mendapatkan dan menggunakan kebebasan kita.
Kejernihan
Dengan demikian argumen bahwa kebebasan manusia hanya sekedar ilusi itu salah arah. Selama para ilmuwan neurosains belum bisa membuktikan, bahwa proses berpikir manusia itu adalah ilusi, maka kebebasan akan selalu ada. Memang kita sudah tahu, bahwa proses berpikir itu terbatas, maka kebebasan manusia pun terbatas. Namun mengatakan bahwa proses berpikir, yang merupakan inti dari kebebasan, itu terbatas tidaklah sama dengan mengatakan, bahwa kebebasan itu adalah ilusi. Justru sebaliknya proses penelitian para ilmuwan neurosains bisa amat membantu kita di dalam memahami kebebasan kita sendiri sebagai manusia.
Penelitian-penelitian neurosains tentang proses berpikir manusia perlu terus dilakukan dengan memperhatikan kejernihan membuat analisis, serta keketatan logika di dalam menarik kesimpulan-kesimpulan. Kita tidak membutuhkan penelitian-penelitian dengan kesimpulan-kesimpulan sensasional, tetapi sebenarnya ditopang tak lebih dari sikap buru-buru, mencari nama, ataupun niat menimbulkan kontroversi semata. Kebenaran yang sejati terletak di dalam ketekunan, kesabaran, dan kejernihan di dalam melihat dunia. Keutamaan-keutaman hidup yang kini langka diterpa budaya instan dan mentalitas pencitraan semata.

Abu'l-Barakat al-Baghdadi, Ilmuwan Besar dari Baghdad


Wartaislam.com - Kitab al-Mu'tabar menjadi karya fenomenal Barakat yang berisi esai-esai tentang filsafat dan sains.
Abu'l-Barakat al-Baghdadi dikenal sebagai seorang dokter dan filsuf. Ia dikenal pula sebagai seorang saintis. Nama lengkapnya, Hibat-Allah ibn Ali ibn Malka Abu'l-Barakat al-Baghdadi. Ia pun memiliki nama julukan, Awhad al-Zaman atau orang ternama pada zamannya.
Julukan ini diyakini terkait dengan profesi Barakat sebagai seorang dokter. Sebab, ia merupakan dokternya para khalifah Baghdad, tempat ia tinggal. Ia juga dokter langganan para sultan dari Dinasti Seljuk. Selain melakukan praktik kedokteran, ia juga mengajar tentang kedokteran.
Barakat memiliki sejumlah murid kedokteran. Ia tak hanya dikenal dengan julukannya Awhad al-Zaman, tapi juga memiliki reputasi luas karena karya fenomenalnya yang berjudul Al Kitab al Mu'tabar.
Karya ini berisi esai-esai Barakat tentang filsafat. Dalam esainya itu, ia menguraikan konsep-konsep dasar tentang filsafat alam dengan analisis yang tajam. Kitab ini disusun saat ia mencapai usianya yang matang.
Kitab al-Mu'tabar berisi refleksi-refleksi filosofis Barakat yang dilakukannya dari waktu ke waktu. Terutama, mengenai logika, fisika, ilmu pengetahuan alam, dan metafisika. Ia mengutip pula Kitab al-Shifa yang ditulis cendekiawan Muslim ternama, Ibnu Sina.
Bahkan, dalam beberapa bagian bukunya, Barakat mengutip sepenuhnya kalimat Ibnu Sina. Namun, ia pun menyanggah pemikiran Ibnu Sina dan menguraikan alasan tak sependapat pemikirannya dengan Ibnu Sina tersebut.
Barakat mengenalkan ide-ide alternatif yang menarik. Dan, ide tersebut mengantarkan gaungnya pada perkembangan fisika modern. Seperti, idenya mengenai gerak dan konsep tentang waktu. Pada 1938, seorang ilmuwan, Shlomo Pines, menaruh perhatian besar pada ide inovatif Barakat itu.
Pemikiran Barakat tentang gerak, di antaranya mengenai gerakan proyektil, yang memiliki kaitan dengan perkembangan teknologi pada beberapa abad kemudian. Ini bermula dari perbincangan mengenai bubuk mesiu yang ditemukan di Cina.
Bubuk mesiu tersebut menjadi sangat populer dalam perang Eropa pada abad ke-15. Bubuk ini digunakan pihak-pihak yang bertikai dalam peperangan untuk mendorong proyektil besar, guna menghantam tembok-tembok pertahanan kota yang mereka serang.
Pada pertengahan abad ke-16, para pakar senjata di Eropa mulai mencari cara lain untuk meningkatkan daya jangkau kekuatan artileri mereka. Ada sisi lain dari perkembangan itu yang menjadi sebuah polemik dalam bidang sains.
Sebab, ternyata gerak proyektil yang didorong bubuk mesiu itu tak sesuai dengan konteks doktrin gerak yang diusung oleh Aristoteles. Dalam konteks ini, berdasarkan hukum gerak Aristoteles mestinya proyektil yang dilontarkan jatuh langsung ke tanah.
Pada kenyataannya, proyektil itu justru tak langsung jatuh ke tanah saat terlontar dari selongsong meriam. Sebaliknya, benda tersebut bergerak mengikuti sebuah lintasan melengkung. Bahkan, para pendukung Aristoteles yang paling setia pun melihat cacat doktrin itu.
Kritik terhadap konsep gerak yang diusung Aristoteles, sebenarnya bermunculan sebelum abad ke-15. Banyak cendekiawan termasuk cendekiawan  Muslim melontarkan kritik terhadap doktrin gerak Aristoteles.
Misalnya, Joannes Philoponus yang lebih dikenal sebagai John the Grammarian. Kritik itu lalu dikembangkan lebih jauh oleh cendekiawan Muslim Ibnu Sina, Barakat, dan Ibnu Bajja dari Andalusia pada abad ke-12.
Dalam konteks ini, Barakat menyatakan ada tenaga dorong dari meriam untuk melontarkan proyektil. Hingga proyektil itu terdorong dan mencapai jarak tertentu. Bukan seperti yang dilontarkan oleh Aristoteles bahwa proyektil akan langsung jatuh ke bumi.
Hal itu tak akan terjadi, kata Aristoteles, jika ada penggerak yang berhubungan dengan objek yang sedang bergerak. Saat penggerak tak ada, objek itu akan langsung jatuh ke bumi. Pada kenyataannya, proyektil itu tak langsung jatuh, tapi bergerak meniti garis lengkung.
Konsep yang diajukan oleh Barakat dan Ibnu Sina mengenai gerakan proyektil ini, kemudian menjadi acuan pula bagi pengembangan konsep dorongan dan momentum. Terutama, pada pemikiran yang dikembangkan Galileo Galilei pada abad ke-17.
Pemikiran lain Barakat adalah mengenai akselerasi atau percepatan. Ia mengatakan, percepatan gerak benda jatuh disebabkan adanya gaya gravitasi yang menghasilkan kecenderungan alami benda tersebut untuk jatuh.
Konsep pemikiran Barakat digunakan untuk mengantisipasi hukum dasar mekanika klasik. Ia juga menjelaskan, percepatan yang dialami benda berat yang jatuh merupakan kecenderungan alami. Pemikiran dia ini mendorong lahirnya hukum dasar dinamika modern.
Paling tidak melalui pemikiran-pemikiran itu, Barakat telah menyumbangkan banyak ide baru mengenai fisika yang berkaitan dengan gerak. Selain mengemukakan hukum percepatan, dia juga menyatakan gerak itu relatif.
Dalam Kitab al-Mu'tabar, Barakat memberi perhatian atas kondisi yang saling memengaruhi antara kata-kata dan konsep. Misalnya, ia mengembangkan teori inovatifnya tentang waktu. Ini terlontar setelah ia menemukan sebuah kesimpulan.
Menurut Barakat, kata waktu yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari merupakan sebuah konsep fundamental. Ia mengatakan, waktu merupakan sebuah entitas. Ia menegaskan pula bahwa waktu adalah ukuran sesuatu yang terjadi bukan ukuran gerak seperti kata Aristoteles.
Barakat memiliki pula kontribusi pemikiran dalam bidang psikologi. Ia membahas tentang kesadaran diri. Hal ini pernah pula diangkat oleh Ibnu Sina, terutama yang berkaitan dengan kegiatan ini. Namun, Barakat melakukan kajian lebih dalam.
Kehidupan Barakat
Barakat hidup di abad ke-11 hingga abad ke-12. Ia lahir di Balad, sebuah kota di wilayah Tigris, dekat Mosul, Irak. Ia dilahirkan di sebuah keluarga Yahudi. Laman Muslimheritage dan Wikipedia, mengungkapkan, akhirnya Barakat memutuskan untuk memeluk Islam.
Saat menjalani profesinya sebagai seorang dokter, Barakat memiliki saingan berat, yaitu seorang dokter Kristen bernama Ibn al-Tilmidh. Di sisi lain, ia pun memiliki teman karib bernama Ishaq bin Ibrahim bin Erza yang menulis sebuah buku berisi kata-kata sanjungan terhadapnya.
Ibn Abi-Usyabi'a in juga menulis sebuah karya yang berisi sejumlah anekdot dan ungkapan, serta daftar sejumlah karya Barakat dalam bidang kedokteran. Ini dianggap sebagai sebuah karya biografi tentang Barakat yang lengkap.
Setumpuk Karya Barakat
Harus diakui, karya fenomenal Abu'l-Barakat al-Baghdadi adalah Kitab al-Mu'tabar. Karya ini berisikan beragam pemikiran Barakat dalam sejumlah bidang, terutama filsafat dan sains. Namun, ada sejumlah karya lain yang ditulis Barakat.
Di antaranya adalah karya dalam bidang kedokteran. Barakat memang dikenal pula sebagai seorang dokter. Karyanya dalam bidang kedokteran adalah risalah mengenai farmakologi yang berjudul Sifat Barsha'tha, dan berisi resep obat-obatan dari India.
Terdapat tiga salinan karya tersebut yang tersimpan di perpustakaan Turki. Selain itu, ada risalah lain tentang farmakologi yang ditulis oleh Barakat, yaitu risalah yang ia beri judul Tiryaq Amir al-Arwah.
Salinan karya tersebut tersimpan di Perpustakaan Kitapsaraydi Manisa, Turki. Ada pula risalah lain mengenai pemikiran intelektual yang berjudul Maqala fi'l-'Aql. Karya tersebut disimpan di perpustakaan di Iran dan Leipzig, Jerman.
Ada pula risalah Barakat yang diberi judul Risala fi Sabab Zuhur al-Kawa-kib Laylan wa Khafa'iha Naharan. Dalam risalahnya ini, ia menjelaskan mengapa bintang bisa terlihat di langit pada malam hari. Karya ini ditulis untuk menjawab pertanyaan Sultan Muhammad Tapar.
Manuskrip tentang karyanya itu disimpan di perpustakaan di Berlin, Jerman, dan Hiderabad, Pakistan. Juga, ada risalah mengenai kajian astronomi soal piring universal. Risalah ini berjudul Risala fi al-Amal bi al-Safiha al-Afaqiyyah.
Naskah risalah itu tersimpan di perpustakaan di Nidge, Turki.